Material dan Proses Pembuatan Beton

Gamber 1. Pembentukan beton (Sumber: hargadepo.com)

Dalam pembentukan beton akan dibutuhkan beberapa material dasar. Berikut adalah material-materialnya:
1) Semen
  Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air atau larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
a) semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
b) semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
c) oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
d) mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.

Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
a) Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.
b) Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
c) proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
d) proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen.
e) proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
f) proses pendinginan terak.
g) proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.



2. Agregat
  Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
  Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
  Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.

Pada teknologi beton, agregat yang ditinjau dari asalnya dapat dibagi menjadi 3:

a. Agregat alam
  Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Jenis batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.
   1. kerikil dan pasir alam
         Agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh alam dari batuan induknya.
   2. Agregat batu pecah
         Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku yang kompak.

b. Agregat buatan
       Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus, atau                     karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh agregat buatan:
           1) klinker dan breeze
           2) agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang
           3) cooke breeze
           4) Hydite
           5) Lelite


3. Air dan Bahan Campuran
  Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen.

Berikut adalah kriteria air yang dapat digunakan dalam pembentukan beton :
1. air yang bersih
2. tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton.

Untuk itu diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut: Waktu set semen dan kekuatan tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut hanya dapat dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena mengandung garam yang dapat menyebabkan baja berkarat.
  Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat beton yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok: yang pertama ialah bahwa volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada pengadukan beton dan yang ditambahkan tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan campuran dan yang kedua disebut zat campuran.
  Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki sifat hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai bahan penambah.
  Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu zat pembawa dan zat untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk memperbaiki kemampuan pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum udara ke dalam beton. Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk pendispersi dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan bertambah. Garam kondensat tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk golongan zat pendispersi.

Proses pembentukan beton :

Dalam proses pembuatan beton normal hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :
  1. Pemeriksaan bahan atau material beton harus sesuai dengan standar pemeriksaan beton seperti            SNI, SKSNI, ASTM DAN AASHTO

2. Pemeriksaan Agregat Kasar
    Pemeriksaan Agregat kasar yang digunakan dam proses campuran beton meliputi :
     a.Pemeriksan berat isi
     b.Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
     c.Pemeriksaan menggunakan analisa saringan
     d.Pemeriksaan agregat dengan mesin Los Angeles

3. Pemeriksaan Agregat Halus
    Pemeriksaan Agregat Halus yang digunakan dam proses campuran beton meliputi :
     a.Pemeriksan berat isi
     b.Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
     c.Pemeriksaan menggunakan analisa saringan
     d.Pemeriksaan Organik Im Purities

4. Pemeriksaan Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih dan bebas dan tidak boleh mengandung asam, alkalin, bahan padat, bahan organik,minyak, lumut, gula, sulfar dan chlorida.

Proses :

  1. Perencanaan Rancangan Campuran Beton ( Job Mix Design Concrete )
    Tujuan dari proses perencanaan campuran beton adalah untuk mendapatkan komposisi atau proporsi campuran beton yang sesuai standar mutu beton sehingga beton yang  digunakan pada konstruksi adalah mutu beton sesuai dengan rencana.
  2. Percobaab Campuran ( Trial Mix )
    Setelah diketahui komposisi atau proporsi campuran beton selanjutnya dilakukan percobaab campuran ( Trial Mix ) pada mesin pengaduk sehingga diperoleh contoh – contoh uji yang dicetak sesuai kebutuhan yaitu kubus atau silinder.
  3. Slump Test
    Percobaab Slump Test pada beton merupakan salah satu metoda yang digunakan untuk mengetahui Viscositas atau Kekentalan beton segar. Percobaab Slump Test dilakukan sebelum percetakan benda uji.
  4. Perendaman Benda Uji
    Beton yang telah dicetak dalam benda uji, kemudian dikeluarkan dari cetakan setelah beton berumur 24 jam, kemudian benda uji direndalam bak air. Proses perendaman benda uji sesuai dengan umur beton yang direncanakan, misalnya 3, 7, 14, 21, 28 hari.
  5. Uji Kuat Tekan
    Benda uji baik berupa kubus atau silinder selanjutnya dapat di uji tekan pada mesin tekan sesuai dengan umur beton yang telah direncanakan seperti diatas. Setelah benda uji kuat tekan dilakukan maka didapat atau dihasilkan Kuat Tekan Beton ( α hancur ).
  6. Pelaporan
    Dari evaluasi uji kuat tekan tersebut akan didapat Nilai “Kuat Tekan Beton” yang dirancang, sehingga dapat diketahui tercapai atau tidaknya Kuat Tekan yang ditargetkan ( f’cr ). Dari hasil pemeriksaan keseluruhan dirangkum dalam bentuk laporan
  7. Pemeriksaan Beton Dengan Concrete Hammer Test
    Pengujian kuat tekan beton dengan Concrete Hammer Test (Baca : Pengujian Beton Dengan Concret Hammer Test ). Maksud pengujian beton dengan alat Concrete Hammer test adalah untuk mengetahui kuat tekan beton yang telah di cor dilapangan. Pengujian beton dengan Concret Hammer Test dilakukan pada umur diatas 14 hari.







Sumber :
https://baturisit.blogspot.com/2015/03/proses-pembuatan-beton-normal.html
http://tosimasipil.blogspot.com/2013/07/teknologi-bahan-konstruksi.html




Comments

Popular posts from this blog

Fase-Fase pada Baja

Korosi pada Beton Bertulang

[Praktikum VII-Pengujian Kekuatan Beton Hari ke-28]Kelompok 2-David Avila