[Praktikum III-Rancung Campuran Beton] Kelompok 2-David Avila

Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 12 Oktober 2018
Waktu Praktikum             : Pukul 07.00 – 09.00 WIB
Tempat Praktikum           : Laboratorium Rekayasa Struktur, Gedung CIBE Lantai BS 2 – Lantai 1,
                                           Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Praktikum 8. Rancangan Campuran Beton
 Gambar 1. David Avila
Gambar 2. Kelompok 2 dan Kondisi Lab
4.1 Prosedur Perencanaan Campuran Beton
Rancangan campuran beton adalah proses pembuatan rancangan komposisi pada campuran beton
yang akan dibuat. Rancangan komposisi pada campuran beton ini harus memperhatikan nilai ekonomis
dalam penggunaan barang dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, seperti kuat tekan,
durabilitas, dan kelecakan.
Komposisi campuran beton yang akan diproduksi bergantung pada beberapa hal, yaitu:
1.   Sifat-sifat mekanis beton keras yang diinginkan, yang biasanya ditentukan oleh perencana struktur
missal kuat tekan rencana
2.   Sifat-sifat beton segar yang diinginkan, yang biasanya ditentukan oleh jenis konstruksi, teknik
penempatan atau pengecoran dan pemindahan seperti slump
3.   Tingkat pengendalian (control) di lapangan,misalnya curing
Pada umumnya, perancangan campuran beton yang diinginkan ini memakai metode trial and error.
Setelah dibuat perancangan campuran awal, dilakukan suatu proses pembuatan campuran awal (trial
and mix). Hal ini bertujuan untuk melihat apakah sifat beton yang didapat dari campuran awal telah
memenuhi ketentuan yang diinginkan.
Jika belum memenuhi ketentuan tersebut, dilakukan penyesuaian atau perubahan komposisi campuran
beton hingga didapat hasil yang diinginkan.


4.1.1 Faktor yang Harus Diperhatikan
Faktor pertama yang harus diperhatikan dalam perancangan campuran beton adalah kekuatan beton
yang disyaratkan, yaitu kekuatan beton umur 28 hari.Selain kekuatan beton umur 28 hari.
Faktor-faktor lain yang juga harus diperhatikan adalah rasio air semen (w/c ratio), tipe kandungan
semen, durabilitas, kelecakan (nilai slump), kandungan air, pemilihan agregat, dan trial mix.
4.1.2 Tahap-tahap Perancangan Proporsi Campuran Beton (berdasarkan ACI Committee 211)
Step 1: Pemilihan Nilai Slump
Jika nilai slump tidak ditentukan dalam spesifikasi, maka nilai slump dapat dipilih dari Tabel 4.1
untuk berbagai jenis pengerjaan konstruksi.
Step 2: Pemilihan Ukuran Maksimum Agregat Kasar
Untuk volume agregat yang sama, penggunaan agregat dengan gradasi yang baik dan dengan ukuran
maksimum yang besar akan menghasilkan rongga yang lebih sedikit daripada penggunaan agregat
dengan ukuran maksimum agregat yang lebih kecil. Hal ini akan menyebabkan penurunan kebutuhan
mortar dalam setiap volume satuan beton.


Dasar pemilihan ukuran maksimum agregat biasanya dikaitkan dengan dimensi struktur. Sebagai
contoh, ukuran maksimum agregat harus memenuhi persyaratan berikut ini:
dimana,        D = ukuran maksimum agregat
                    d = lebar terkecil di antara 2 tepi bekisting
                    h = tebal pelat lantai
                    s = jarak bersih antar tulangan
                    c = tebal bersih selimut beton
Step3: Estimasi Kebutuhan Air Pencampur dan Kandungan Udara
Jumlah air pencampur persatuan volume beton yang dibutuhkan untuk menghasilkan nilai slump
tertentu sangat bergantung pada ukuran maksimum agregat, bentuk serta gradasi agregat dan juga
pada jumlah kebutuhan kandungan udara pada campuran.
Jumlah air yang dibutuhkan tersebut tidak banyak terpengaruh oleh jumlah kandungan semen dalam
campuran. Tabel 4.2 memperlihatkan informasi mengenai kebutuhan air pencampur untuk berbagai
nilai slump dan ukuran maksimum agregat.
Step 4: Pemilihan Nilai Perbandingan Air Semen
Untuk rasio air semen yang sama, kuat tekan beton dipengaruhi oleh jenis agregat dan semen yang
digunakan. Oleh karena itu hubungan rasio air semen dan kekuatan beton yang dihasilkan seharusnya
dikembangkan berdasarkan material yang sebenarnya yang digunakan dalam pencampuran. Terlepas
dari hal diatas, Tabel 4.3 bisa dijadikan pegangan dalam pemilihan nilai perbandingan air semen.
Nilai kuat beton yang digunakan pada Tabel 4.3 adalah nilai kuat tekan beton rata-rata yang
dibutuhkan, yaitu:
dimana,
Harga rasio air semen tersebut biasanya dibatasi oleh harga maksimum yang diperbolehkan
untuk kondisi exposure (lingkungan) tertentu. Sebagai contoh, untuk struktur yang berada di
lingkungan laut harga rasio air  semen biasanya dibatasi maksimum 0,40 – 0,45.
Step 5: Perhitungan Kandungan Semen
Berat semen yang dibutuhkan adalah sama dengan jumlah berat air pencampur (step 3) dibagi
dengan nilai rasio air semen (step 4).


Step 6: Estimasi Kandungan Agregat Kasar
Rancangan campuran beton yang ekonomis bisa didapat dengan menggunakan semaksimal mungkin
volume agregat kasar (atas dasar berat isi kering (dry rodded unit weight) persatuan volume beton.
Data eksperimen menunjukkan bahwa semakin halus pasir dan semakin besar ukuran maksimum
partikal agregat kasar, semakin banyak volume agregat kasar yang dapat dicampurkan untuk
menghasilkan campuran beton dengan kelacakan yang baik.
Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa pada derajat kelacakan tertentu (slump = 75 – 100 mm), volume
agregat kasar yang dibutuhkan per satuan volume beton adalah fungsi daripada ukuran maksimum
agregat kasar dan modulus kehalusan agregat halus.
Berdasarkan Tabel 4.5, volume agregat kasar (dalam satuan m3) per 1 m3 beton adalah sama dengan
fraksi volume yang didapat dari Tabel 4.5. Volume ini kemudian dikonversikan menjadi berat kering
agregat kasar dengan mengalikannya dengan berat isi kering dari agregat yang dimaksud (dry rodded
unit weight).
Untuk campuran dengan nilai slump selain 75 – 100 mm, volume agregat kasar dapat diperoleh dengan
mengoreksi nilai yang ada pada Tabel 4.5 dengan angka koreksi yang ada pada Tabel 4.6.
Step 7: Estimasi Kandungan Agregat Halus
Setelah menyelesaikan Step 6, semua ingredien beton yang dibutuhkan telah diestimasi kecuali agregat
halus. Jumlah pasir yang dibutuhkan dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu:
a.                Cara perhitungan berat (weight method)
b.               Cara perhitungan volume absolut (absolut volume method)
Berdasarkan perhitungan berat, jika berat jenis beton normal diketahui berdasarkan pengalaman yang
lalu, maka berat pasir yang dibutuhkan adalah perbedaan antara berat jenis beton dengan beton dengan
berat total air, semen dan agregat kasar persatuan volume beton yang telah diestimasi dari perhitungan
pada step-step sebelumnya.
Jika berat semen yang ada (Ws) adalah lebih besar atau lebih kecil dari 325 kg/m3, maka harga berat
jenis beton  =(X) dikoreksi sebagai berikut:
   (4-2)
Jika berat air yang ada (=Wa’) lebih besar/lebih kecil dari berat air yang dibutuhkan untuk
menghasilkan slump 75-100 mm berdasarkan Tabel 5.2 (yaitu Wa), maka harga berat jenis beton (=X)
dikoreksi sebagai berikut:
   (4-3)
Jika berat jenis agregat (=γag) lebih besar/lebih kecil dari 2.7, maka berat jenis beton (=X) dikoreksi
sebagai berikut:
   (4-4)
Estimasi awal berat jenis beton juga dapat diperoleh melalui persamaan berikut:
   (4-5)
dimana:
γa = bulk specific gravity (SSD) rata-rata dari kombinasi agregat halus dan kasar
A = kandungan udara (%)
C = kandungan semen (kg/m3)
γ = berat jenis semen
W = kandungan air (kg/m3)
Untuk perhitungan dengan menggunakan metoda volume absolut, volume pasir didapat dengan
mengurangi volume satuan beton dengan volume total dari material-material beton yang sudah
diketahui (yaitu air, udara, semen dari agregat kasar).
Harga volume pasir ini kemudian dikonversi menjadi berat dengan mangalikan dengan γ pasir.
Perumusannya adalah:
   (4-6)
dimana,        Ac = kandungan agregat kasar (kg/m3)
                    γf  = bulk spesific gravity (SSD) agregat halus
                    γc = bulk spesific gravity (SSD) agregat kasar
                    γ = berat jenis semen
Step 8: Koreksi Kandungan Air pada Agregat
Pada umumnya, stok agregat dilapangan berada dalam kondisi basah atau tidak dalam kondisi jenuh
dan kering permukaan (SSD).
Tanpa adanya koreksi kadar air, harga rasio air semen yang diperoleh bisa lebih besar atau bahkan
lebih kecil dari harga yang telah ditentukan berdasarkan Step 4 dan berat SSD agregat (kondisi jenuh
dan kering permukaan) menjadi lebih kecil atau lebih besar dari harga estimasi pada Step 6 dan 7.
Urutan rancangan beton dari Step 1 sampai 7 dilakukan berdasarkan kondisi agregat yang SSD. Oleh
karena itu, untuk trial mix, air pencampur yang dibutuhkan dalam campuran bisa diperbesar atau
diperkecil tergantung dengan kandungan air bebas pada agregat. Sebaliknya, unutk mengimbangi
perubahan air tersebut, jumlah agregat harus diperkecil atau diperbesar.
Step 9: Trial Mix
Karena banyaknya asumsi yang digunakan dalam mendapatkan proporsi campuran beton diatas, maka
perlu dilakukan trial mix sekala kecil di Laboratorium. Hal-hal yang perlu diuji di dalam trial mix ini:
-          Nilai slump
-          Kelecakan udara
-          Kandungan udara
-          Kekuatan pada umur-umur tertentu
4.2 Perhitungan Perancangan Campuran Beton
Ditetapkan kekuatan beton umur 28 hari untuk struktur fondasi adalah K-175. Maka perencanaanya
adalah sebagai berikut:
·     Pemilihan nilai slump
Besaran tipe konstruksi yang kami pilih untuk percobaan pencampuran beton ini adalah kolom
dengan pilihan nilai slump sebesar 75 – 100 mm, sesuai dengan Tabel 4.1.
·     Pemilihan ukuran maksimum agregat kasar
Ukuran maksimum agregat kasar yang kami pilih adalah 20 mm.
·     Estimasi kebutuhan air pencampur
Berdasarkan Tabel 4.2, dengan proses pembuatan tanpa penambahan udara, nilai slump sebesar
75-100 mm, dan ukuran maksimum agregat kasar 20 mm, besarnya kebutuhan air pencampuran
ialah 200 kg/m3


·     Menentukan nilai kuat tekan beton rata-rata (fm)
Berdasarkan Tabel 4.4, untuk pengerjaan di lapangan dan kondisi pengerjaan yang baik, standar
deviasinya adalah antara 3,5-4 MPa. Standar deviasi yang dipilih adalah sebesar 4 MPa sehingga
perhitungan nilai kuat tekan beton rata-ratanya adalah sebagai berikut:
·     Menentukan rasio air dan semen (FAS)
Rasio air dan semen dapat didapatkan di Tabel 4.3 dengan kondisi pengerjaan tanpa penambahan
\udara dan nilai kuat tekan beton yang digunakan adalah 21,085 MPa. Dari interpolasi data, maka
didapatkan FAS sebesar:
·     Menghitung kandungan semen
Berat semen yang dibutuhkan dapat didapat dengan membagi jumlah berat air pencampur dibagi
dengan nilai rasio air semen (FAS). Maka berat semen yang dibutuhkan adalah
·     Estimasi volume agregat kasar
Ukuran maksimum agregat kasar adalah 20 mm dan modulus kehalusan pasir adalah 3,92. Dengan
cara interpolasi berdasarkan Tabel 4.5, volume agregat kasar sebesar:
Maka volume agregat kasar nya sebesar 0,508 m3
·     Estimasi berat agregat kasar
Untuk mendapatkan berat agregat kasar yang diperlukan, volume agregat kasar harus dikalikan
dengan berat volume agregat kasar kondisi padat yaitu sebesar 1,451 kg/dm3.
·     Estimasi kandungan agregat halus
Persentase udara yang terperangkap adalah 2%. Volume beton yang akan dibuat adalah 1 m3,
sehingga


Dengan data pada Tabel 4.7
·     Koreksi kandungan air pada agregat
o    Tambahan air adukan dari kondisi agregat kasar
Maka tambahan air adukan dari kondisi agregat kasar adalah sebesar 0,9843 kg.


o    Tambahan agregat kasar untuk kondisi lapangan
Maka tambahan agregat kasar untuk kondisi lapangan adalah sebesar -1,06925 kg.
o  Tambahan air adukan dari kondisi agregat halus
Maka tambahan air adukan dari kondisi agregat halus adalah sebesar 32,6165 kg.
o  Tambahan agregat halus untuk kondisi lapangan
Maka tambahan agregat halus untuk kondisi lapangan adalah sebesar .


4.3 Tabel Trial Mix
4.3.1 Tabel referensi
Tabel 4.1 Nilai Slump yang Disarankan untuk Berbagai Jenis Pengerjaan Konstruksi
Jenis Konstruksi
Slump(mm)
Maksimum
Minimum
Dinding fondasi, footing, sumuran, dinding basement
75
25
Dinding dan balok
100
25
Kolom
100
25
Perkerasan dan lantai
75
25
Beton dalam jumlah yang besar (seperti dam)
50
25
Tabel 4.2 Kebutuhan Air Pencampuran dan Udara untuk Berbagai Nilai Slump dan Ukuran Maksimum
Agregat
Tabel 4.3 Hubungan Rasio-Air Semen dan Kuat Tekan Beton
        Tabel 4.4 Klasifikasi Standar Deviasi untuk Berbagai Kondisi Pengerjaan
Tabel 4.5 Volume Agregat Kasar Per Satuan Volume Beton untuk Beton dengan Slump 75-100 mm
Tabel 4.6 Faktor Koreksi Untuk Nilai Slump yang Berbeda
Tabel 4.7 Karakteristik Material
Modulus Kehalusan
Agregat Halus
Agregat Kasar
Semen
Berat relative
2,463
2,499
3,15
Berat isi(kg/lt)
1,696
1,339
-
Peresapan %
1,836
2,3
-
4.3.2 Tabel Mix Design
Tabel 4.8 Penetapan Variabel Perencanaan
Penerapan Variable Perencanaan
1
Kategori Jenis Struktur
k-225
Satuan
2
Rencana Slump
7,5-10
Cm
3
Rencana Kuat Tekan Beton
266,79
Kg/Cm2
4
Modulus Kehalusan Agregat Halus
3,42

5
Ukuran Maksimum agregat kasar
2
Cm
6
Spesific Gravity Agregat kasar kondisi SSD
2,61

7
Spesific Gravity Agregat halus kondisi SSD
4,44

8
Berat Volume Berat isi Agregat Kasar
1,46
kg/m3
Tabel 4.9 Perhitungan Komposisi Unsur Beton
Perhitungan Komposisi Unsur Beton
Satuan
9
Rencana Air adukan/m3 Beton
Tabel 4.2(modul)
200
Kg
10
Persentase udara yang terperangkap
Tabel 4.2(modul)
2%

12
w/c Ratio maksimum
Tabel 4.3(modul)
0.535

13
Berat semen yang diperlukan
[9]/[12]
336,13
Kg
14
Volume agregat kasar per m3 beton
tabel 4.5
60
%
15
Berat agregat kasar yang diperlukan
[14]x[8]x1000
8,876
Kg/m3
16
Volume semen
0.001 x [13]/3.15
0,1067
m3
17
Volume Air
0.001 x[9]
0.2
m3
18
Volume Agregat kasar
0.001 x [15]/[6]
0.336
m3
19
Volume Udara
[10]x1
0,2
m3
20
Volume agregat halus per m3 beton
1-{[16]+[17]+[18]+[19}}
0.337
m3
Tabel 4.10 Komposisi Berat Unsur Adukan / M3 Beton
21
Semen
336,13
22
Air
200
23
Agregat Kasar Kondisi SSD
872
24
Agregat Halus kondisi SSD

25
Faktor semen
6,73 Zak/m3
Tabel 4.11 Komposisi Jumlah Air dan Berat Unsur untuk Perencanaan Lapangan
Komposisi jumlah air dan berat unsur untuk perencanaan lapangan
26
Kadar air asli/ Kelembaban Agg Kasar
Mk
6,41%
27
Penyerapan Air Kondisi SSD Agg Kasar
Ak
4,49%
28
Kadar air asli/ Kelembaban Agg Halus
Mh
3,41%
29
Penyerapan Air Kondisi SSD Agg halus
Ah
5,375%
30
Tambahan Air adukan dari kondisi Agg kasar
[23]x{(ak-mk)/(1+mk)}
15,81 kg
31
Tambahan Agg Kasar untuk kondisi Lapangan
[23]x{(mk-ak)/(1-mk)}
0,041 kg
32
Tambahan Air adukan dari kondisi Agg halus
[24]x{(ah-mh)/(1+mh)}
15,62 kg
33
Tambahan Agg halus untuk kondisi Lapangan
[24]x{(mh-ah)/(1-mh)}
0,038 kg
Tabel 4.12 Komposisi Akhir Unsur untuk Perencanaan Lapangan /M3 Beton
34
Semen
[13]
336,13
Kg
35
Air
[22]+[30]+[32]
231,43
Kg
36
Agregat Kasar Kondisi Lapangan
[23]+[31]
876,041
Kg
37
Agregat halus Kondisi Lapangan
[24]+[33]
822,318
Kg
38
Semen
12,298
Kg
39
Air
8,466
Kg
40
Agregat Kasar Kondisi Lapangan
32,046
Kg
41
Agregat halus Kondisi Lapangan
30,080
Kg

Tabel 4.13 Komposisi Unsur Campuran Beton/Kapasitas Mesin Molen: 0,03 M3

Comments

Popular posts from this blog

Fase-Fase pada Baja

Material dan Proses Pembuatan Beton